Buzzerindonesia – Salah satu capres 2024 dari PDIP sekaligus Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo berbicara soal demokrasi digital hingga kongres buzzer atau secara KBBI diartikan pendengung. Muncul ide dari Ganjar perihal menggelar kongres buzzer untuk literasi digital dan kehidupan berdemokrasi.
Ganjar Pranowo mengangkat topik pembicaraan soal kehidupan berdemokrasi dan digital saat sedang melakukan perbincangan dengan empat pemuda di akun Youtube-nya, seperti dilihat pada hari Rabu (7/6/2023). Ganjar awalnya ditanya soal kebebasan berpendapat hingga buzzer di dunia maya.
Pada saat itu Ganjar juga menceritakan dimana ketika dirinya yang hendak mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah periode pertama. Ganjar menemukan masalah dimana komunikasi dengan Masyarakat dengan pemerintah daerah yang kurang lancer atau terhalang.
“Jadi pada 2013 saya jadi gubernur itu, tantangan saya ternyata itu, sumbatan aspirasi itu terjadi,” kata Ganjar.
Kemudian, Ganjar beserta timnya menemukan bahwa Masyarakat sangat ini pejabat pemerintah daerah yang bebas korupsi dan menepati janji yang telah para pejabat buat. Dan Ganjar memanfaatkan keinginan Masyarakat tersebut dengan menjadikannya sebagai jargon saat berkampanye.
“Harapan masyarakat itu dua, yang pertama tidak korupsi, dan yang kedua yang menarik, tidak menipu. Biasanya politisi itu kalau sudah jadi terus tidak menepati janjinya,” ujarnya
Saat menjabat menjadi gubernur Jateng, Ganjar lalu membuat kanal pengaduan Masyarakat melalui akun media sosial milik dinas pemprov Jateng. Dimana hal itu sangat efektif mengatasi “batas” komunikasi antar masyarakat – pemprov Jateng.
Namun, tidak dipungkiri Ganjar bahwa dalam kehidupan berekspresi dan menyampaikan pendapat ada buzzer di dunia maya. Muncul ide membuat kongres buzzer.
“Saya itu punya pikiran begini, kongres buzzer yuk. Hai para buzzer, kita kumpul yuk, kita buat code of conduct yuk. Kita belajar etika, nanti kita panggil senior-senior jurnalis untuk mengajari kita, di tengah kebebasan berekspresi itu ada hak dan kewajiban,” ucap Ganjar.
Hak dan juga kewajiban menyampaikan pendapat dan berekspresi ini yang menurut Ganjar tak boleh dilupakan saat berada di dunia maya. Karena itu dibutuhkan adanya literasi agar ketika seseorang menyampaikan aspirasi dan berekspresi tidak menyinggung atau menyakiti pihak lain.
“Maka ini yang akan menjadi etika orang. Karena dalam konteks demokrasi dan digital demokrasi, kalau boleh saya sebut itu ya, ini nggak bisa ditinggalkan. Maka di situ perlu pendidikan literasi digital termasuk literasi orang untuk menyampaikan pendapat, berekspresi, agar kita menyakiti,” sebut Ganjar.
“Tapi saya suka tadi, kamu ngomong apa saja, silakan. Kamu maki-maki boleh, kamu ini boleh, tapi sopan, eh tapi maki-maki nggak sopan ya ha-ha-ha,” imbuhnya.